Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Dari Pohon Aren ke Pundi-Pundi: Transformasi Ekonomi Masyarakat Pagar Dewa

Senin, 29 Juli 2024 | 10.25 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-29T03:25:34Z

Dari Pohon Aren ke Pundi-Pundi

BERNUS.CO - Di tengah hamparan kebun kopi yang menghijau di Pekon Pagar Dewa, Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Lampung Barat, pohon aren menjelma menjadi berkah yang tak ternilai bagi para petani. Keberadaan pohon aren yang berdampingan dengan kebun kopi tak hanya menambah pesona lanskap, tetapi juga menyuplai pendapatan tambahan yang signifikan bagi masyarakat setempat melalui pengolahan nira menjadi gula aren.

Dari Pohon Aren ke Pundi-Pundi

Di tengah gempuran modernitas, gula aren tetap memiliki tempat istimewa dalam kehidupan masyarakat. Cita rasa manisnya yang khas menjadikannya sebagai bahan yang sangat digemari, dan proses pembuatannya yang tradisional memancarkan nilai budaya yang mendalam. Di Pekon Pagar Dewa, sekitar 3.000 tajuk pohon aren tumbuh subur di kebun kopi warga, menjadikannya sebagai sumber pendapatan yang berharga.

Dari Pohon Aren ke Pundi-Pundi

Sugeng Sampurno, salah seorang pengrajin gula aren di Dusun 2 Pagar Dewa, menjalani rutinitas harian yang penuh dedikasi. Setiap pagi dan sore, Sugeng memanjat pohon aren yang berada tidak jauh dari rumahnya untuk menyadap nira. Dalam satu hari, ia dapat mengumpulkan lima belas liter nira dari dua kali penyadapan. Proses penyadapan ini memerlukan ketelitian dan keahlian, serta penggunaan batang manggar aren yang harus disayat untuk memperlancar aliran nira ke dalam jerigen penampung.

Setelah nira terkumpul, proses berikutnya adalah memasaknya. Memasak nira untuk menjadi gula aren memerlukan kesabaran. Proses ini bisa memakan waktu hingga dua belas jam lebih, menggunakan cetakan tradisional yang terbuat dari bambu. Hasil akhirnya adalah gula aren dengan kualitas terbaik yang dijual seharga dua puluh ribu rupiah per kilogram.

Dari Pohon Aren ke Pundi-Pundi

Menurut Sugeng, kendala utama dalam produksi gula aren adalah ketersediaan kayu bakar kering, terutama saat musim hujan. "Ketika musim hujan, kayu bakar menjadi basah dan sulit digunakan. Selain itu, memanjat pohon yang tinggi dan licin juga merupakan tantangan tersendiri," ungkapnya kepada media ini pada  Senin, 22 Juli 2024 yang lalu. Meskipun menghadapi berbagai kendala, Sugeng merasa bahwa hasil dari gula aren sangat membantu ekonomi keluarga, terutama mengingat bahwa hasil kebun kopi hanya diperoleh sekali dalam setahun.

Pj Peratin Pagar Dewa, Yoga Sugama, sangat terinspirasi oleh potensi yang ada di pekonnya. Dengan sekitar enam puluh rumah tangga yang terlibat dalam produksi gula aren, Yoga mencatat bahwa rata-rata produksi mencapai 1,2 ton per bulan. "Saat ini, gula aren dari Pekon Pagar Dewa sebagian besar dipasarkan dalam lingkungan sekitar. Kami memiliki pasar yang stabil, tetapi kami berencana untuk mengembangkan pemasaran dari pintu ke pintu dan mencari program-program yang dapat mendukung industri rumah tangga ini," jelas Yoga.

Dengan dukungan pemerintah pekon dan upaya untuk memperluas pasar, diharapkan semakin banyak warga yang akan ikut mengelola pohon aren dan memanfaatkan potensi ini. Yoga berharap Pekon Pagar Dewa bisa dikenal sebagai sentra gula aren yang terkenal, membuka lebih banyak peluang ekonomi bagi masyarakat dan memperkuat ekonomi lokal.

Dari Pohon Aren ke Pundi-Pundi

Pohon aren di Pekon Pagar Dewa bukan hanya tanaman biasa; mereka adalah bagian penting dari identitas dan perekonomian masyarakat. Dengan potensi yang masih belum sepenuhnya tergarap, gula aren diharapkan menjadi salah satu andalan baru bagi kesejahteraan warga, membuktikan bahwa keberkahan alam dapat menjadi sumber kekuatan ekonomi yang berkelanjutan.

Reporter : Pascal
Editor : TH
Tanggal : 29 Juli 2024
×
Berita Terbaru Update