Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Desa Terisolasi, Suara Besar: Perjuangan Way Haru Menuju Keadilan Infrastruktur

Senin, 22 Juli 2024 | 10.19 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-26T23:25:54Z

Perjuangan Way Haru Menuju Keadilan Infrastruktur

BERNUS.CO - Di balik gemerlap modernitas dan kemajuan infrastruktur di Indonesia, terdapat kisah yang jarang terdengar—kisah penuh perjuangan dan ketahanan. Desa Way Haru, terpencil di Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, menjadi gambaran nyata ketidakmerataan pembangunan yang mengejutkan.

Perjuangan Way Haru Menuju Keadilan Infrastruktur

Sebuah Sejarah Panjang dengan Jalan yang Tak Kunjung Terwujud

Way Haru, dihuni oleh masyarakat adat Marga Belimbing sejak tahun 1918, telah menghadapi tantangan besar dalam hal aksesibilitas. Selama dua ratus tahun lebih, mereka tidak pernah memiliki jalan yang layak. Ini bukan hanya soal transportasi yang sulit; ini adalah cerita tentang bagaimana ketidakadilan infrastruktur dapat menghambat kemajuan dan kesejahteraan suatu komunitas.

Perjuangan Way Haru Menuju Keadilan Infrastruktur

Kekayaan Alam Terkungkung oleh Biaya Angkut yang Mencekik

Meskipun kaya akan hasil bumi, seperti kelapa, tingginya biaya angkut selalu menjadi momok bagi petani di Way Haru. Harga kelapa di sini mungkin lebih murah daripada biaya angkutnya ke pasar terdekat, Way Heni. Ironisnya, kondisi ini tidak hanya membatasi mobilitas, tetapi juga merampas potensi ekonomi yang seharusnya mereka nikmati.

Perjuangan Way Haru Menuju Keadilan Infrastruktur

Petualangan Harian dan Rintangan Alam yang Menantang

Bagi penduduk Way Haru, setiap hari adalah petualangan. Mereka harus melintasi tujuh muara untuk mencapai jalan lintas Lampung-Bengkulu, namun lima di antaranya tidak memiliki jembatan. Ketika musim hujan tiba, muara-muara ini seringkali banjir, menghentikan aktivitas mereka secara total. Bahkan di titik paling berbahaya, seperti Tebing Batu Krokos yang menjorok ke laut, penduduk harus berani menghadapi deburan ombak yang mengancam nyawa mereka.

Dampak Ekonomi dan Panggilan untuk Perubahan

Keterbatasan infrastruktur tidak hanya menghambat mobilitas, tetapi juga mempengaruhi ekonomi masyarakat. Petani di Way Haru sering kali harus menjual hasil panen mereka dengan harga lebih rendah dari pasar Krui, hanya untuk menutupi biaya angkut yang tinggi. Ketidakpastian harga komoditas seperti pisang membuat situasi semakin sulit bagi mereka.

Perjuangan Way Haru Menuju Keadilan Infrastruktur

Harapan untuk Perubahan yang Adil

Meskipun terisolasi secara fisik, suara masyarakat Way Haru dan desa-desa sekitarnya—Siring Gading, Bandar Dalom, dan Way Tias—akhirnya terdengar. Mereka menantikan perhatian dan bantuan dari pemerintah untuk membangun infrastruktur yang layak, yang akan membuka aksesibilitas dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara signifikan. Mereka tidak ingin dijadikan komoditas politik menjelang pemilihan umum, tetapi mengharapkan solusi konkret dan berkelanjutan untuk masalah mereka.

Di balik cerita Way Haru adalah harapan besar untuk perubahan yang lebih baik. Ini bukan hanya tentang perjuangan hidup, tetapi juga tentang hak setiap warga negara Indonesia untuk hidup dengan layak dan setara dalam pembangunan nasional. Inilah saatnya bagi kita semua untuk mendengar dan bertindak, menunjukkan komitmen kita pada keadilan sosial yang sesungguhnya.

Laporan : Pascal

×
Berita Terbaru Update