BERNUS.CO - Di tengah hutan lebat dan pegunungan yang memukau, terdapat empat desa di Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat, yang terjebak dalam keterisolasian yang berkepanjangan. Pekon Bandar Dalam, Way Tiyas, Siring Gading, dan Way Haru, dengan lebih dari 12.000 jiwa, masih menderita akibat ketidakmampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pembangunan ruas jalan Way Heni menuju Way Haru. Kendala utama? Sebuah izin dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) yang hingga kini belum kunjung dikeluarkan.
Pembangunan jalan yang menghubungkan empat desa terpencil ini telah menjadi harapan panjang masyarakat yang sudah lama mendambakan aksesibilitas yang lebih baik. Ruas jalan yang direncanakan sepanjang 20 kilometer ini adalah satu-satunya jalur menuju dan dari desa-desa tersebut, yang saat ini masih berupa jalan tanah merah yang rawan longsor dan terputus pada musim hujan.
"Kami sudah bosan dengan keadaan ini," ungkap Jayus, seorang warga Way Tiyas, dengan nada frustasi kepada media ini pada 18 Juli 2024 "Ini bukan masalah baru. Saya lahir dalam situasi seperti ini, dan kini sudah berusia 33 tahun. Pemerintah, termasuk para calon legislatif, telah berjanji berkali-kali, tetapi kami masih menunggu. Kami hanya meminta perhatian dan tindakan nyata dari pihak yang berwenang."
Masalah utama yang menghambat proyek ini adalah belum dikeluarkannya izin dari BBTNBBS. Khoiri, Penjabat Peratin Pekon Way Tiyas, menjelaskan bahwa meski Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat telah melakukan berbagai upaya, termasuk berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, izin yang diperlukan untuk melanjutkan pembangunan jalan belum juga diberikan.
"Kami hanya butuh kesepakatan dalam bentuk perjanjian kerja sama dengan BBTNBBS," ujar Khoiri. "Namun, tanpa izin tersebut, kami tidak dapat melanjutkan pembangunan jalan yang sangat kami butuhkan."
Situasi ini membuat dua belas ribu jiwa yang tinggal di empat desa tersebut terus merasakan kesulitan sehari-hari. Keterisolasian ini mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan mereka, mulai dari transportasi hingga perekonomian. Ketiadaan akses yang memadai menyebabkan harga barang kebutuhan sehari-hari melambung tinggi, sementara peluang ekonomi tetap tertutup.
Pembangunan jalan ini bukan hanya tentang kemudahan transportasi. Ini adalah tentang memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berkembang dan merasakan arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Dengan adanya akses yang lebih baik, potensi perekonomian akan meningkat drastis, dan kehidupan masyarakat di daerah terpencil ini akan mengalami perubahan positif yang signifikan.
Namun, harapan tersebut tampaknya masih jauh dari jangkauan. Masyarakat terus menunggu dengan penuh harapan agar pihak-pihak berwenang segera menanggapi kebutuhan mendesak mereka. "Kami adalah bagian dari Indonesia, kami hanya ingin diperlakukan sama dengan daerah lain yang sudah mendapatkan perhatian," tambah Jayus dengan penuh harapan.
Di tengah ketidakpastian ini, masyarakat Pekon Bandar Dalam, Way Tiyas, Siring Gading, dan Way Haru terus bertahan, berharap agar pemerintah segera mengatasi kendala birokrasi yang menghambat kemajuan mereka. Mereka berharap agar suara mereka didengar dan kebutuhan mereka dipenuhi, sehingga mereka akhirnya bisa merasakan manfaat dari pembangunan yang selama ini mereka idamkan.
Reporter : Eki
Editor : TH
Tanggal : 29 Juli 2024